Senin, 19 April 2010


PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING DAN METODE MIND MAPPING



PROPOSAL SKRIPSI




OLEH
AHMAD FAHRUDIN
0701125005











PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2009







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keberhasilan anak didik dalam belajar sepenuhnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah metode yang digunakan guru dalam mengajar. Pada kenyataannya dalam pembelajaran masih menggunakan metode konvensional. Sehingga anak didik kurang aktif dalam pembelajaran hasilnya prestasi kurang memuaskan. Anak didik dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal bila seorang guru tepat dalam menerapkan metode mengajar. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang inovatif dan mampu meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar anak didik. Dari hal ini, muncul permasalahan  bagaimanakah efektifitas penerapan metode yang tepat dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar anak didik dikelas dan diluar kelas.
Suatu  kegiatan pendidikan selalu diwarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Kegiatan pembelajarn yang terjadi seharusnya menjadi sebuah pembentukan mental, penanaman kognitip dan mengarah pada tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pembelajarn dimulai. Pada kegiatan tersebut terjadi, tuntutan pendidik adalah rumusan masalah yang telah dirancang oleh guru mudah diserap dan disukai oleh anak didik. Namun pada kenyataanya, guru tidak mampu mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Hal ini terjadi karena ragam individu anak didik dengan segala keunikannya. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya, hal ini berpengaruh pada cara belajar anak didik. Kesulitan inilah yang menjadi masalah yang serius yang dihadapi guru. Untuk itu guru harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan informasi.
Metode pembelajaran adalah cara pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam metode pembelajaran terdapat  strategi  pencapaian kompetensi  peserta didik dengan pendekatan,  metode, dan teknik pembelajaran. Metode yang sering digunakan oleh guru adalah metode konvensional. Metode konvensional yang dilakukan guru kurang memperhatikan perbedaan individual. Dalam metode ini guru menyampaikan informasi dan anak didik hanya duduk, diam, mendengarkan, menghafal dan selanjutnya dikompetisikan. Anak didik tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. Anak didik hanya dianggap sebagai pendengar yang tidak harus mengemukakan pendapat-pendapatnya. Kejadian itulah yang menimbulkan kejenuhan pada anak didik.
Fenomena yang terjadi disebabkan guru menganggap paradigma lama mengenai proses belajar mengajar adalah satu-satunya alternatif. Paradigma lama mengenai proses belajar mengajar bersumber pada teori asumsi “tabula rasa John Locke”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih yang siap diberikan berbagai macam coretan-coretan dari gurunya. Asumsi ini memiliki pendapat di dalam belajar mengajar bahwa kegiatan belajar mengajar adalah proses pemindahan pengetahuan dari guru ke anak didik. Dalam permasalahan kelompok kelas menjadikan guru lebih mementingkan materi yang diajarkan daripada memperhatikan perbedaan individual dari setiap anak didik yang tidak memperhatikan kenyamanan dan rasa menyenangkan.
Metode yang bersifat konvensional mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Antara lain dengan menggunakan metode atau strategi mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan-perbedaan kemampuan anak didik dapat terlayani. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Quantum Learning.
Quantum Learning adalah berbagai interaksi yang mampu mengubah energi menjadi radiasi atau cahaya (interactions that transform energy into radiance). Definisi ini mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa di dalam diri setiap manusia itu banyak sekali potensi. Sebagai contoh yang sangat gamblang adalah otak. Otak, sebagai salah satu organ vital dalam diri setiap manusia banyak sekali menyimpan potensi. Kita mungkin pernah belajar tentang anatomi otak. Namun, ada kemungkinan besar kita tak pernah mempelajari potensi dahsyat yang tersimpan di dalam otak manusia.
Kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Proses ini membutuhkan sugesti yang merangsang yang diberikan uleh guru. Dalam kaitannya dengan sugesti, Dr. Georgi Lozanow, seorang pendidikan kebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Banyak cara memberikan sugesti-sugesti yang positif untuk anak didik dari guru, diantaranya dengan membuat suasana kelas yang kondusif, nyaman, tenang, memberikan cerita-cerita yang membangkitkan motivasi anak didik, memasang poster-poster untuk memberikan kesan dan pesan yang menonjol, juga memasang musik yang mampu merangsang otak anak didik.
Selain itu, suggestologi juga dapat diartikan “pemercepat belajar (accelerated learning). Dalam kaitan ini, peran sugesti dapat mempercepat belajar karena dalam keadaan nyaman dan gembira anak didik akan lebih mudah mencerna materi yang diberikan guru sebab tidak adanya masalah yang sedang dirasakan oleh setiap anak didik.
Selain itu, untuk memperbaiki metode pembelajaran konvensional juga bisa dilakukan dengan metode mind mapping.
Mind Mapping adalah metode pembelajara yang mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian buzan menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang tersusun rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang berbercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon.
Jelasnya konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind mapping memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang dimiliki anak didik dan membuat asosiasi di antara idenya tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.
Menurut Tony Buzan kelemahan dari catatan standar (yang linier dari atas kebawah baik satu kolom atau dua kolom) atau yang umum dilakukan oleh anak sekolah dasar adalah:
1.      Dibutuhkan waktu yang lebih lama
2.      Waktu akan habis hanya untuk mencari kata pengingat kunci kata penting
3.      Kerugian yang lainnya adalah bertentangan dengan cara kerja otak.
4.      Dan waktu juga habis hanya untuk untuk mencatatat kata-kata yang tidak ada hubungannya dengan memori atau membaca kembali kata yang sama dan tidak diperlukan
Akhirnya banyak anak didik yang cenderung meminjam catatan tema atau memfotokopi catatan. Hal ini akan membuat anak didik jadi kurang kreatif dan kurang melatih otaknya sendiri.
Dari perkara catatan standar itu, maka tony bozan membuat sebuah inovasi dalam pembelajaran yaitu mind mapping. Mind mapping memang memiliki keunggulan, diantaranya:
·         Cara mudah menggali informasi dari dalam dan luar otak
·         Cara baru belajar dan berlatih dengan cepat dan ampuh
·         Cara membuat catatan agar tidak memosankan
·         Cara baik untuk mendapat ide baru dan merancang proyek.
·         Alat berfikir yang mengasikkan karena membantu berfikir 2 kali lebih baik dari cara mencatat biasa.
Dengan menguasai mind mapping, anak didik akan mendapatkan bekal dalam menentukan bentuk penguasaan dari hasil belajar.
Selain itu Mind mapping adalah suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Peta pikiran yang dibuat oleh anak didik dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri anak didik setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh anak didik ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar anak didik terutama dalam proses pembuatan mind mapping.

Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk anak didik dalam membuat mind mapping adalah
·         Kertas kosong tak bergaris
·         Prna dan pesil warna
·         Otak
·         Imajinasi
Pada prinsipnya untuk membuat mind mapping anak didik akan memadukan cara berfikir lurus dan memencar. Dan, belajar mind mapping yang paling baik adalah dengan mempraktikan.
Masalah rendahnya keberhasilan anak didik pada pembelajaran matematika menjadi keseriusan yang harus di tangani oleh semua pihak. Penyebab dari masalah ini karena kurangnya pengetahuan guru pada penggunaan metode yang tepat, epektif serta efisien, sehingga guru salah menggunakan metode pembelajaran yang berakibat timbulnya rasa jenuh, bosan, takut yang menurunkan motivasi belajar siswa.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menggunakan pendekatan pembelajaran quantum learning dan metode pembelajaran mind mapping dengan judul “ Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Menggunakan Metode Mind Mapping Dan Metode Quantum Learning”.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka muncul beberapa pertanyaan mengenai metode pembelajaran mind mapping dan metode pembelajaran quantum learning  sebagai berikut:
1.      Apakah yang menyebabkan pelajaran matematika menjadi pelajaran yang menakutkan bagi siswa ?
2.      Bagaimanakah hasil belajar matematika yang menggunakan metode  pembelajaran mind mapping dan metode pembelajaran quantum learning?
3.       Bagaimanakah perbandingan hasil belajar matematika yang menggunakan metode  mind mapping dan metode pembelajaran quantum learning?
4.      Apakah penerapan metode pembelajaran mind mapping lebih efektif dalam pembelajaran matematika dengan metode quantum learning?

C.    Pembatasan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dibatasi oleh perbedaan hasil belajar matematika pada pokok bahasan perbandingan lingkaran di kelas VIII SMPN. 10 Kota Tangerang Provinsi Banten yang diajarkan dengan menggunakan metode Quantum learning lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode mind mapping.

  1. Perumusan Masalah
Perumusan utama dari penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan: apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode mind mapping dengan hasil belajar siswa yang diajarkan  dengan menggunakan metode quantum learning pada pelajaran matematika dalam pokok bahasan lingkaran di kelas VIII SMPN. 10  Tangerang semester II tahun ajaran 2009/2010?”.

E.     Tujuan penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk dapat memilih metode yang sesuai dan memperbaiaki metode pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar matematika siswa.

F.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
1.      Peneliti
 Menambah pengetahuan tentang metode yang lebih efektip dan efesien digunakan dalam pembelajaran matematika.
    1. Kepala sekolah,
Dapat menentukan metode yang sesuai bagi kelancaran kegiatan pembelajaran disekolah.

    1. Siswa
Menambah informasi tentang perlunya penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat menyesuaikan serta menerapkan sistem belajar yang lebih efektif dan efesien baginya.












BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.    Landasan Teori

1.      Pembelajaran Matematika
Dalam kehidupan di dunia, manusia tidak luput dari belajar. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan dirinya. Maka timbul istilah belajar sepanjang hayat yang sejalan dengan sabda Rasulullah Tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai keliang lahat. Karena “dengan belajar manusia dapat terus menerus meningkatkan kemandiriannya sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat, meningkatkan self fulfillment (rasa kepenuhmaknaan) dan terarah kepada akualisasi diri”[1]. Dalam hubungan dengan lingkungan mereka dapat menyesuaikan diri secara adaptatif dan kreatif terhadap tantangan zaman. Namun pengertian belajar yang lebih lengkap atau memenuhi keinginan semua orang. khususnya keinginan para pakar pendidikan dan psikologi. Hingga saat ini dapat dikatakan belum ada tetapi tidak membatasi kita untuk mengetahui dan memahami apa itu belajar.
1.      Belajar menurut pandangan skinner
Belajar adalah suatu prilaku pada saat orang belajar, maka prosesnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam dalam belajar ada beberapa unsur yang terjadi yaitu:
Ø    Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar
Ø    Respons si pembelajar dan
Ø    Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, prilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
2.      Belajar menurut Gagne
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas dari hasil belajar adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, proses kognitip yang dilakukan oleh pelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
3.      Belajar menurut pandangan Piaget.
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. “Jadi belajar adalah pengembangan yang dibentuk oleh individu untuk pembentukan individu itu sendir”i[2].
Dari beberapa definisi belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan  tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman. Dalam proses belajar diperlukan dua pelaku utama yaitu anak didik sebagai subyek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator proses  pembelajaran. Belajar dengan disertai proses pembelajaran akan lebih terarah dan terbimbing sehingga memudahkan anak didik untuk menangkap setiap pengalaman yang disampaikan oleh guru.
Di sekolah, banyak mata pelajaran yang harus dikuasai anak didik, diantaranya adalah matematika. Namun pada kenyataannya keberadaan pelajaran matematika dianggap beban berat oleh para anak didik. Mereka menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan tidak bisa dikuasai. Materi matematika yang membutuhkan daya ingat dan penalaran tinggi membuat para anak didik merasa kesulitan untuk mempelajarinya sehingga kebanyakan anak didik tidak menyenangi pelajaran matematika. Sedangkan “belajar adalah tempat yang mengalir, dinamis, penuh risiko, dan menggairahkan”[3].
 Masalah tersebut dapat disebabkan banyak hal, diantaranya adalah kurang tepatnya metode yang digunakan  oleh guru dalam proses pembelajaran sehingga membuat anak didik merasa jenuh dan bosan selama belajar matematika. Akibatnya, hasil belajar matematika lebih rendah bila dibandingkan dengan pelajaran yang lain.
Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya kurang tepatnya metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi matematika. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi. Guru memberikan informasi sementara anak didik hanya mendengarkan dan keaktifan hanya didominasi oleh guru sehingga membuat anak didik menjadi bosan dan tidak semangat dalam mengikuti pelajaran matematika. Selain itu anak didik hanya diberikan rumus-rumus yang harus dihafalkan tanpa diberikan konsepnya terlebih dahulu sehingga kebanyakan anak didik tidak dapat menyelesaikan masalah matematika yang lebih kompleks.
Dalam rangka mencapai kompetensi matematika, guru perlu mempersiapkan dan mengatur strategi penyampaian materi matematika kepada anak didik. Hal ini dilakukan selain untuk mempersiapkan pedoman bagi guru dalam penyampaian materi juga dapat melakukan setiap langkah kegiatan pencapaian kompetensi untuk anak didik dapat dilakukan secara bertahap, sehingga diperoleh hasil pembelajaran matematika yang optimal.
Selanjutnya, pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki oleh anak didik. Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi masalah hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara aktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
2.      Model  Pembelajaran Quantum Learning
Pembelajaran adalah suatu integrasi yang bernilai pendidikan. Di dalam proses pembelajaran terjadi interaksi edukasi antara guru dan anak didik ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang disampaikan guru menjadi tidak menarik dan menimbulkan kejenuhan bila guru menggunakan metode pembelajaran yang kurang tepat. Di sinilah kehadiran metode pembelajaran menempati posisi yang penting dalam penyampaian bahan pelajran.
Bahan pembelajaran yang disampaikan guru mempersulit dalam mencapai tujuan pembelajaran jika tidak menggunakan metode yang tepat. Karena itulah metode pembelajaran adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan disekolah adalah metode quantum learning. Quantum learning pertamakali dikembangkan oleh De Porter. Mulai dipraktekkan pada tahun 1992, dengan mengilhami rumus yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan Quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran Quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman dan interdeterminisme. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah kemampuan dan bakat alamiah anak didik menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Pemaknaan Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para anak didik menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). “Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia)”[4]. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif beberapa teknik digunakan diantaranya  : Para anak didik di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.
Teori yang terkandung dalam Quantum learning adalah “Accelerated Learning, Multiple Intelligences, Neuro-Linguistic Programming (NLP)”[5] yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian anak didik dan guru. Para guru dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif, faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang.
Experiential Learning, dan Elements of Effective Instruction sehingga Quantum learning merangkaikan sebuah kekuatan yang memadukan multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak yang didalamnya meramu konsep berbagai teori yaitu:
1.                        Teori otak kanan/kiri.
2.                        Teori otak triune (3 in 1).
3.                        Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik).
4.                        Teori kecerdasan ganda.
5.                        Pendidikan holistic (menyeluruh).
6.                        Belajar berdasarkan pengelaman.
7.                        Belajar dengan symbol, dan
8.                        Simulasi/permainan.

Selanjutnya Porter mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang  secara fisika adalah materi”. Sebagai anak didik bertujuan meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada masalah inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan.
Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut:
1.      Para anak didik dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas.
2.      Para anak didik ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein.
3.      Para anak didik dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja.
 Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”[6]. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan dalam belajar bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan kegembiraan dan tepukan.
Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik melalui kontak langsung dengan lingkungan, sistem emosional-kognitif melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita, dan kecerdasan yang lebih tinggi melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat. Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional, misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik, dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal seperti perasaan dan emosi, kesadaran akan perasaan tertentu merasakan kehadiran orang atau suatu benda, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.

3.      Penerapan quantum learning dalam pembelajaran matematika
Untuk penerapan metode quantum learning dalam pembelajaran matematika, gruru dapat menerapkannya dengan quantum teaching yaitu dengan asas  “Bawalah dunia mereka kedunia kita,dan antarkan dunia kita kedunia mereka”[7].
Setelah meneguhkan diri dengan asas diatas, seorang guru sudah siap untuk menerapkan metode quantum learning dengan prinsip-prinsip
v  Segalanaya berbicara
Yang dimaksudkan adalah semua yang berada di dalam ruang kelas guru bisa memanfaatkanya sehingga semuanya dapat mengirimkan pesan tentang pembelajan matematika. Seperti gerakan tubuh, benda-benda yang ada di ruang dan seluruh lingkungan kelas.
v  Segalanya bertujuan
Artinya semua yang terjadi dalam proses pembelajaran memiliki tujuan dan tujuan itu difokuskan pada tujuan utama dari proses pembelajaran yaitu keberhasilan dalam pemahamam pembelajaran yang telah dirancang oleh guru .
v  Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerkkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika anak didik telah mengalami informasi yang diperoleh oleh guru dan lingkungan sbelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
v  Akui setiap usaha
Belajar mengandung risiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat anak didik mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri.
v  Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
artinya seorang guru memberikan umpan balik kepada anak didik mengenai kemajuan dan asosiasi emosi positif dengan belajar.
Dari asas dan prinsip-prinsip diatas, seorang guru harus mengubah kelas yang statis dan membosankan menjadi sebuah komuntitas belajar yaitu dari cara mengatur bangku, menentukan kebijakan kelas, hingga cara guru merancang pengajaran. Kelas yang awalnya seperti kelas pada biasanya diubah menjadi “rumah” tempat anak didiktidak hanya terhadap umpan balik, tetapi juga mencarinya; tempat mereka mengakui dan mendukung orang lain; tempat mereka mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh
Kontek menata panggung belajar mempunyai empat aspek: suasana, landasan, lingkungan, dan rancangan”[8].             
Suasana kelas yang gembira membawa kegembiraan pula dalam belajar. Adapun cara yang ampuh dalam pembentukan suasana yang menggembirakan dapat dilakukan oleh guru dengan menancapkan kekuatan niat seorang guru pada kemampuan dan motivasi anak didiknya bahwa guru bisa menimbulkan itu dan murid pasti mampu


4.      Model Pembelajaran Mind Mapping
“Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak” [9]. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu anak didik menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping anak didik dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Beberapa manfaat memiliki mind map antara lain :
a.       Merencana
b.      Berkomunikasi
c.       Menjadi lebih Kreatif
d.      Menghemat Waktu
e.       Menyelesaikan Masalah
f.       Memusatkan Perhatian
g.      Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran
h.      Mengingat dengan lebih baik
i.        Belajar Lebih Cepat dan Efisien
j.        Melihat “gambar keseluruhan
k.      menyelamatkan Pohon
Menurut Michael Michalko, dalam bukunya Cracking Vreativity, mind mapping akan:
a.                   Mengaktifkan seluruh otak
b.                  Membereskan akal dari kekusutan mental
c.                   Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan
d.                  Membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah
e.                   Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian
f.                   Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya
g.                  Mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada bahsan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
a. Cara ini cepat
b.Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping
Perbedaan
Catatan Biasa
Mind Mapping
Cirri-ciri
Hanya berupa tulisan-tulisan saja
Berupa tulisan, symbol, dan gambar
Warna
Hanya satu warna
Berwarna warni
Waktu Untuk mereview ulang
Dibutuhkan waktu yang lama
Diperlukan waktu yang pendek
Waktu yang diperlukan untuk belajar
Lebih lama
Lebih cepat dan efisien
Dalam kemajuan anak didik
Statis
Membuat individu menjadi kreatif


Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri anak didik setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar anak didik terutama dalam proses pembuatan mind mapping. Begitu pula bagi guru matematika, karena mind mapping juga bisa diterapkan dalam pembelajaran matematika.
 “Dengan mind mapping anak bisa membingkai suatu konsep matematika (aljabar, geometri, aritmatika dan sebagainya), rumus-rumus yang sedang dipelajari di sekolah”[10]. Mind mapping akan membantu anak didik belajar membentuk konsep dan mencari pola serta hubungan abstrak dari pelajaran matematika. Dengan begitu, strategi logis, kepekaan makna angka, rancangan, dan bukan sekedar hafal.
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, anak didik dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.
Selain itu, anak didik dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai hasil terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus yang dapat menghilangkan rasa membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis. Kreativitas adalah segala potensi yang terdapat dalam setiap diri individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yan dapat dipadukan dan dikembangkan sehingga data menciptakan suatu produk yang baru dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Kreativitas muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu yang bersangkutan. Produk dari kreativitas dapat dihasilkan melalui serangkaian tahapan yang memerlukan waktu yang lama. Secara efektif individu kreatif memiliki ciri rasa ingin tahu yang besar, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan, mempunyai rasa humoris, dan ingin mencari pengalaman-pengalaman baru.
Mind mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada, sehingga menimbulkan rangsangan tindakan aktif dan kreatif yang dilakukan oleh anak didik. dengan penggunaan warna dan simbol–simbol yang menghasilkan daya tarik akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh anak didik dalam kegiatan belajar
Anak didik cenderung membuat catatan dalam bentuk linier dan panjang sehingga anak didik mengalami kesulitan dalam mencari pokok ataupun point-point materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam metode konvensional anak didik tidak banyak terlibat baik dari segi berfikir dan bertindak. Anak didik hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa adanya keterlibatan kegiatan psikomotoriknya.
Sistem limbic pada otak manusia memiliki peranan penting dalam penyimpanan dan pengaturan informasi (memori) dari memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang secara tepat. Dalam proses belajar, anak didik meginginkan materi pelajaran yang diterima menjadi memori jangka panjang sehingga ketika materi tersebut diperlukan kembali anak didik dapat mengingatnya. Belahan neocortex juga memiliki peranan penting dalam penguatan memori. Belahan otak kiri yang berkaitan dengan kata-kata, angka, logika, urutan, dan rincian (aktivitas kademik). Belahan otak kanan berkaitan dengan warna, gambar, imajinasi, dan ruang atau disebut sebagai aktivitas kreatif. Jika kedua belahan neocortex ini dipadukan secara bersamaan maka informasi (memori) yang diterima dapat bertahan menjadi memori jangka panjang. “Mind mapping merupakan teknik mencatat yang memadukan kedua belahan otak[11]. Sebagai contoh, catatan materi pelajaran yang dimiliki anak didik dapat dituangkan melalui gambar, simbol dan warna. Mind Mapping mewujudkan harapan siswa untuk memori jangka panjang. Materi pelajaran yang dibuat dalam bentuk peta pikiran akan mempermudah sistem limbic memproses informasi dan memasukkannya menjad memori jangka panjang.
Keuntungan lain penggunaan catatan mind mapping yaitu membiasakan anak didik untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga anak didik dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal lain yang berkaitan dengan sistim imbik yaitu peranaannya sebagai pengatur emosi seperti marah, senang, lapar, haus dan sebagainya. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri anak didik, sehingga anak didik tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama potensi yang berhubungan dengan kreativitas. Pemetaan pikiran yang terdapat dalam pembelajaran kuantum adalah salah satu produk kreatif bentuk sederhana yang dapat dikembangkan. Dengan teknik mencatat pemetaan pikiran dapat menimbulkan kreatifitas anak didik akan meningkat.

5.      Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, dan tidak baik menjadi baik. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Sedangkan menurut Gagne yang dikutip oleh Syaiful Sagala, belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.[12] Pengalaman-pengalaman dalam belajar akan meghasilkan hasil belajar yang merupakan output atau keluaran sebagai hasil dari proses belajar.
 Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga pembentukan kecakapan, sikap, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri individu yang belajar.[13]
Sedangkan menurut Nana Sujana yang merujuk pada taksonomi Bloom mengatakan bahwa: "Hasil belajar bukanlah suatu hasil latihan, melainkan hasil perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, apektif, dan Psikomotor".[14]
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami suatu proses belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan tersebut dapat berupa hasil dari perubahan tingkah laku yang diwujudkan melalui perolehan pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan dan sikap.
Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi proses belajar itu sendiri, yaitu faktor internal  yang meliputi kematangan atau pertumbuhan, kemampuan belajar yang merupaka gabungan dari kemampuan intelegensi, bakat, motivasi dan kehendak, sedangkan faktor eksternal meliputi keadaan keluarga dan lingkungan, keadaan dari materi belajar dan faktor-faktor yang berhubungan dengan cara belajar.
6.      Hakikat Matematika   
Istilah matematika berasal dari kata Yunani ”mathein” atau “manthenein” yang artinya mempelajari[15]. Johnson dan Myklebust yang dikutip oleh Mulyono mengemukakan pendapatnya, bahwa “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir[16].
Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup kita yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika seperti menghitung, mengukur, dan lain -lain. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Matematika tidak hanya membantu anak didik dalam mempelajari ilmu lain, melainkan juga dalam rangka pembentukan sikap dan kepribadian agar dapat berpikir logis, rasional, kreatif dan sistematis. Di sini matematika berperan sebagai kerangka berpikir bagi siswa yang mempelajarinya.
Bidang studi matematika yang dipelajari di sekolah mencakup tiga cabang yaitu aritmatika, aljabar, dan geometri. Aritmatika berkenaan dengan hubungan bilangan-bilangan nyata dengan berbagai operasi hitung. Sedangkan penggunaan abjad atau lambang tertentu untuk mrepresentasikan lambang bilangan merupakan wilayah aljabar. Sementara itu obyek pembahasan geometri berkenaan dengan titik, garis, bidang, maupun ruang. Ketiga cabang ini harus dikuasai oleh anak didik untuk dapat memahami ilmu matematika.
Pada penelitian ini, yang dimaksud matematika adalah ilmu yang mengutamakan penalaran logis dan berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, berpikir, serta menurunkan dan menggunakan rumus matematika. Dari semua cabang matematika, yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah cabang geometri yaitu bangun datar lingkaran.

7.      Lingkaran
Lingkaran lingkaran adalah lengkung tertutup yang semua titik-titik  pada lengkung itu berjarak sama terhadap suatu titik tertentu dalam lengkungan itu. Titik tertentu di dalam lengkungan tersebut disebut pusat lingkaran dan jarak tersebut disebut jari-jari.[17]  Selain definisi ini lingkaran juga dapat didefinidikan Lingkaran adalah himpunan titik-titik (pada bidang datar) yang jaraknya dari suatu titi tertentu (titik pusat) sama panjang.
Dari definisi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa pada sebuah lingkaran terdapat unsure-unsur penting dalam sebuah lingkaran yaitu:


a.       Jari-jari
Jari-jari lingkaran atau radius lingkaran adalah jarak titi-titik pada lingkaran dengan pusat lingkaran Merupakan garis lurus yang menghubungkan titik pusat dengan lingkaran. Biasanya jari-jari lingkaran dinotasikan dengan r
b.       Tali Busur
tali busur lingkaran adalah garis didalam lingkaran yang menghubungkan dua titik pada lingkaran dan merupakan garis lurus di dalam lingkaran yang memotong lingkaran pada dua titik yang berbeda
c.       Busur Lingkaran
Busur lingkaran adalah lengkung lingkaran yang terletak dianatara dua titik pada lingkaran dan merupakan garis lengkung baik terbuka, maupun tertutup yang berimpit dengan lingkaran. Biasanya busur lingkaran dinotasikan dengan “∩”.
d.      Diameter Lingkaran
Diameter lingkaran adalah tali busur dan dua kalinya jari-jari lingkaran yang memotong pusat lingkaran. Dan biasa dinotasikan dengan “d”.
e.       Juring

Merupakan daerah pada lingkaran yang dibatasi oleh busur dan dua buah jari-jari yang berada pada kedua ujungnya.

f.       Tembereng
Merupakan daerah pada lingkaran yang dibatasi oleh sebuah busur dengan tali busurnya.

g.   Cakram
Merupakan semua daerah yang berada di dalam lingkaran. Luasnya yaitu jari-jari kuadrat dikalikan dengan pi. Cakram merupakan juring terbesar.

h.      Apotema Tali Busur
Apotema adalah jarak tali busur dengan titik pusat lingkaran, atau penggal garis dari titik pusat lingkaran yang tegak lurus talibusur.
Dari unsur-unsur lingkaran tersebut kita dapat mengetahui akan sebuah lingkaran yang sering kita dapati dalam kehidupan sehari-hari seperti roda kendaraan, koin, kaset cd, penampang botol dan sebagainya. Adapun dari contoh-contoh lingkaran itu kita dapat mengukur keliling dan luas lingkaran tersebut.
Mencari nilai pi(π) dan menentukan keliling lingkaran
Untuk dapat menrntukan keliling lingkaran kita dapat melihat benda-benda sisekeliling kota yang berbentuk lingkaran. Kita ambil contoh sbuah roda sepeda, koin dan penampang botol
untuk mendapatkan nilai pi kiata dapat melakukan percobaan dengan mengukur panjang lingkaran dan membaginya dengan diameter lingkaran roda tersebut maka nilai pi akan kita dapati. Proses tersebut dapat dipraktekkan dengan cara:
·         bentuklah lingkaran dengan kawat atau tali yang sesuai dengan ketiga benda tersebut. Dan ukur diameternya
·         Lalu luruskan kawat atau tali tersebut dan ukur panjangnya.
·         Lakukan langkah tersebut terhadap banyaknya benda


[1] Umar Tirta Raharja. Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,1995), hlm.42
[2] Dimyati. Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Rineka Cipta,2002 ), Hlm.14
[3] Bobbi de Porter, dkk. Quantum Learning (Kaifa:Jakarta ,2003). Hlm.29
[4] Bobbi de Porter, dkk. Quantum Learning (Kaifa:Jakarta,2003 ).hlm.7
[5] Bobbi de Porter, dkk. Quantum Learning (Kaifa:Jakarta,2003  ).hlm.7
[6] Bobbi de Porter, dkk. Quantum Learning (Kaifa:Jakarta,2003 ).hlm 8
[7] Depotter, Bobbi. Quantum teaching(Kaifa:Jakarta,2003 ).halm 6
[8] Depotter, Bobbi.Quantum teaching(Kaifa:Jakarta,2003 ). Hlm 14
[9] Buzzan Tony.buku pintat mind map (gramedia pustaka utama. Jakarta,2007). Hlm 2
[10] Femi Olivia. (elek media komputindo. Jakarta,2003) hlm. 135
[11]Tony buzzan.buku pintar mind map(gramedia pustaka utama. Jakarta,2007) Hlm. 60
[12] Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Jakarta : Alfabeta,2002), hlm. 13

[13] S. Nasution, Didaktika Azas-azas Mengajar, (Bandung: Semmars, 1982), hlm.25

[14] Nana Sujana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Rosda Karya, 1990), hlm.3
[15] Andi Hakim Nasution, Landasan Matematika, (Jakarta: Karya Aksara, 1982), hlm.12.


[16] Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belaja (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm.252.
[17] Wilson Simangunsong. Matematika untuk SMP kelas VII.(Erlangga.jakarta. 2007). Hlm. 226



Tidak ada komentar:

Posting Komentar